https://www.koransinarpagijuara.com/wp-content/uploads/2025/08/IMG-20250825-WA0017.jpg
Oleh : Sumiati
Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengungkapkan rencana mengambil alih penuh atas jalur Gaza. Pernyataan itu dia sampaikan ditengah tekanan global atas operasi militer yang telah berlangsung hampir 2 tahun di wilayah Palestina tersebut. Namun Netanyahu menegaskan bahwa zionis tidak berencana memerintah Gaza secara langsung, tetapi menyerahkan wilayah itu kepada kekuatan Arab tanpa menyebutkan negara mana saja yang akan dilibatkan. Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan terbatas kabinet keamanan zionis yang akan membahas strategi militer terbaru di Gaza.
Semenjak pendudukan zionis Israel terhadap Palestina termasuk Gaza tahun 2023 hingga saat ini, zionis Israel belum juga mereda. Sekarang Israel berencana akan mengambil alih seluruhnya jalur Gaza secara militer. Dilansir dari beritasatu.co.id (Jum’at, 8/8/2025).
Langkah yang dilakukan oleh pemerintah zionis Israel Netanyahu, juga dikecam oleh Kementerian Luar Negeri Turki karena merupakan bagian dari genosida yang akan menjadi ancaman perdamaian serta keamanan global. Negara-negara lain pun mengecam langkah Netanyahu ini seperti Australia, Inggris, dan juga China. Mereka menyerukan solusi dua negara segera dilakukan.
Penyataan ini sedikit banyak mempengaruhi berjalannya opini tentang pembebasan Palestina yang sudah berjalan. Penyataan ini berpotensi menggiring opini bahwa zionis sebagai pihak yang tidak bersalah atau tidak memiliki keinginan untuk mengambil alih Gaza. Padahal kenyataannya zionis masih menduduki wilayah Palestina, melakukan genosida dengan senjata dan menciptakan bencana kelaparan di sana. Tidak hanya itu penyataan Netanyahu ini juga dapat dilihat sebagai upaya mengalihkan perhatian isu sebenarnya, yakni penjajahan zionis atas Gaza dan Tepi Barat.
Gaza hanyalah menjadi sasaran perluasan wilayah penjajahan zionis. Penjajahan itu berawal dari kejahatan dunia internasional di abad ke-20 kepada kaum muslimin pasca kekalahan Daulah Khilafah Utsmaniyah di perang dunia 1. Palestina dijadikan sebagai zona internasional dalam perjanjian Sykes Picot. Akhirnya wilayah Palestina tidak lagi berada dalam perlindungan penuh Daulah Khilafah. Namun, ada intervensi dari Inggris sebagai negara pemenang perang kala itu.
Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang menyatakan dukungannya untuk pendirian “Tanah air nasional” bagi bangsa Yahudi di Palestina. Hal ini mendorong bangsa Yahudi dari belahan dunia untuk datang ke tanah Palestina. Setelah Inggris mendapat Mandat LBB untuk mengurus wilayah Palestina yang mengakibatkan migrasi semakin masif. Perampasan dan penjajahan tanah Palestina oleh zionis mulai berlangsung hingga terjadi konflik. Pada tahun 1937, terbit laporan komisi peel yang berisi usulan pembentukan dua negara di wilayah tersebut sebagai solusi atas konflik Zionis-Palestina. Pasca perang dunia ke ll, Mandat Inggris dicabut Amerika, namun Amerika melalui PBB mengeluarkan resolusi 1947 yang isinya justru meneguhkan konsep solusi dua negara. Tahun 1948, Amerika membidani pendirian “Negara Zionis”.
Setelah tahun itu berbagai perjanjian internasional yang dibuat hanya semakin menambah penderitaan kaum muslimin di Palestina dan membuat wilayah jajahan zionis melebar hingga ke Gaza.
Kondisi Gaza hari ini sejatinya bentuk penjajahan yang telah berlangsung berpuluh-puluh tahun lalu. Syariat telah menetapkan bahwa penjajahan harus dilawan sampai penjajah disingkirkan. Namun, syariat tidak bisa optimal sebab perisai umat Islam yakni khilafah telah runtuh 1924 lalu. Perlawanan hari ini hanya bisa dilakukan dengan kekuatan sekelompok umat Islam di Gaza saja, padahal musuh umat Islam di Gaza adalah sebuah komunitas yang didukung oleh negara adidaya, AS. Jelas perang ini sudah tidak fair, karena itu Gaza dan Palestina hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan militer dan aktivitas jihad fii sabilillah.
Untuk itu umat Islam harus memiliki kesadaran penuh untuk mengembalikan perisai kaum muslimin yang hilang, yakni Daulah Khilafah. Sejak memiliki negara Rasulullah saw. melindungi kaum muslimin dengan kekuatan penuh, seperti konflik penistaan seorang muslimah oleh seorang Yahudi Bani Qainuqa hingga akhirnya Bani Qainuqa diusir oleh Rasulullah saw. dari Madinah karena telah melanggar perjanjian.
Begitu pula umat hari ini harus berjuang bersama kelompok dakwah ideologis yang mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. Dengan keikhlasan, kesabaran, dan keteguhan terhadap thariqah dakwah ini, insya Allah pertolongan Allah SWT tidak lama lagi dan Palestina bisa segera dibebaskan. Wallahu’alam bishshawab
Post Views: 74