Pemanfaatan Chromebook Hingga Google Earth, Guru IPS…

Pemanfaatan Chromebook Hingga Google Earth, Guru IPS...

https://sigiku.com/wp-content/uploads/2025/11/IMG_20251118_115316-e1763455886473.jpg

Pewarta : Rosita Dewi

OGAN ILIR – Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran harus mampu menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna, bukan sekadar tampilan visual yang menarik. Pesan ini disampaikan oleh Ahmad Risani, S.Pd., Gr., guru IPS SMP Negeri 2 Kandis, saat menjadi narasumber dalam Talkshow dan Pameran Karya Pelatihan Pembelajaran Mendalam yang digelar Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi Sumatera Selatan bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir, Selasa (11/11/2025).

Kegiatan yang berlangsung di SMP Negeri 1 Intan tersebut diikuti para kepala sekolah dan guru peserta pelatihan Pembelajaran Mendalam. Dalam kesempatan itu, Risani mempresentasikan praktik baik pembelajaran bertajuk Integrasi TPACK dan Prinsip Berpikir Komputasional dalam Pembelajaran IPS.

Dalam paparannya, Risani menekankan bahwa teknologi hanyalah alat, sementara tujuan utama pembelajaran adalah proses berpikir murid yang lebih terarah, kritis, dan bermakna.

“Yang kita kejar bukan sekadar tampilan digital yang menarik. Kita ingin murid tumbuh dengan cara berpikir yang lebih tertata, kritis, dan mampu melihat hubungan antar fenomena. Teknologi itu hanya alat. Pengalaman berpikir murid adalah tujuan,” ujarnya dalam sesi talkshow.

Ia menjelaskan penerapan TPACK yang dipadukan dengan strategi Berpikir Komputasional dalam pembelajaran IPS. Melalui platform seperti Google Earth, murid diajak mengamati fenomena sosial secara visual, kemudian mengurai sebab-akibat menggunakan WardWall. Penggunaan Chromebook juga dibiasakan untuk mendukung proses investigatif tersebut.

Selain itu, platform seperti Quizizz, Kahoot, dan Google Form dimanfaatkan untuk asesmen, permainan edukatif, dan kuis guna memastikan pemahaman murid.

Menurut Risani, rangkaian aktivitas tersebut dirancang agar teknologi benar-benar menjadi sarana menuju pembelajaran yang bermakna, bukan sekadar hiburan digital.

Ia menekankan bahwa murid tidak cukup hanya menonton video atau melihat presentasi, tetapi harus memahami alasan setiap langkah pembelajaran, data yang dianalisis, serta refleksi yang mereka bangun dari proses belajar.

Kegiatan berbagi praktik baik ini sekaligus menjadi pengingat bahwa budaya positif dalam pembelajaran tumbuh dari guru yang mampu merancang pengalaman belajar yang substansial dan relevan bagi murid.

“Tujuan kita sederhana. Murid harus mengalami belajar, bukan sekadar menonton dan terpesona. Teknologi tak boleh menggantikan peran guru. Teknologi adalah pendamping belajar, bukan inti pembelajaran,” tutup alumni Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 Ogan Ilir tersebut.

Post Views: 208

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *