7 Tahun Kepala Sekolah Puasa Daud

7 Tahun Kepala Sekolah Puasa Daud

https://www.koransinarpagijuara.com/wp-content/uploads/2025/08/puasa-e1754705762173.jpg

Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak dan Online)

Dalam birokrasi dijelaskan bahwa integritas berarti keselarasan antara nilai, norma, dan etika dengan tindakan atau perilaku seorang aparatur sipil negara (ASN) saat menjalankan tugas dan kewajibannya. Integritas pada birokrasi juga mencakup kejujuran, konsistensi antara ucapan dan perbuatan, serta pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan.Contoh integritas konteks birokrasi, seperti kejujuran, keadilan, dan transparansi.

Menjaga integritas, terus meningkatkan semangat kerja untuk menghasilkan karya terbaik atau bahkan tirakat melalui puasa Daud. Menjadi jalan hidupnya di masa-masa mendekati pensiunnya. Kalau dihitung ternyata sudah mencapai 7 tahun menjalani puasanya. Hal itu diungkapkan oleh seorang kepala sekolah saat wawancara khusus bersama jurnalis Koran SINAR PAGI sekitar satu jam setengah, di akhir-akhir menit waktu interaktifnya.

Walaupun kondisi berpuasa semangat kerjanya tetap stabil dan terus ditingkatkan. Berupaya datang lebih pagi pulang paling akhir. Jarak yang jauh melintasi beberapa daerah tidak membuat dirinya melemah, justru merasa tetap sehat atau bugar di usia-usia tubuhnya yang tidak lagi muda.

Selain itu, saat ini perjalanan hidupnya dipandu atau diimbangi juga dengan mempelajari Kitab Al-Hikam yang berisi tasawuf karya Ibnu Athaillah as-Sakandari dengan bimbingan guru dari Timur Tengah. Kitab tersebut berisi hikmah-hikmah penting yang membimbing mereka saat mempelajarinya, menuju kesucian jiwa dan kebahagiaan sejati dalam hubungannya dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ketika menjadi kepala sekolah dan dinilai keberhasilannya. Waktu itu sekolahnya sempat secara langsung diresmikan oleh Muhammad Nuh dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebagai kepala sekolah menilai kualitas pendidikan bagi seseorang merupakan jembatan untuk meraih kesuksesan di masa depan. Ketika melihat para siswanya mampu meraih juara di tingkat nasional dan internasional. Serta jika di kemudian hari menerima kabar keberlanjutan dunia pendidikan lulusannya, banyak yang tersebar ke berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Lalu meraih pekerjaan yang mencukupi untuk kehidupan dengan ekonomi menengah atas. Hal itu merupakan kebahagian yang besar baginya.

Puasa Daud berarti sehari berpuasa, keesokan harinya tidak berpuasa, dan berpuasa lagi besoknya atau seperti itu dihari hari selanjutnya. Ini adalah sebaik-baik puasa dan derajat puasa yang paling tinggi.

Berdasarkan hadist Nabi dijelaskan Puasa Daud adalah puasa yang paling disukai oleh Allah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,

أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.” (HR. Bukhari no. 1131).

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam senang atau memilih dengan pola makan yang kadang kenyang dan kadang lapar, karena hal itu mengingatkannya untuk bersyukur dan bersabar. Beliau memilih untuk hidup sederhana dan tidak selalu dalam kondisi kenyang, agar senantiasa semakin terarah mengendalikan hawa nafsunya atau semakin terhubung untuk mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam setiap keadaan. Pilihan ini menunjukkan bahwa kesederhanaan dan penerimaan terhadap kondisi apapun, baik lapang maupun sempit, adalah sebuah keistimewaan atau anugrah.

Waktu pelaksanaan puasa Dawud bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari diharamkan puasa. Ada beberapa hari yang diharamkan untuk berpuasa, yaitu pada hari raya Idul Fitri (1 Syawwal), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), separuh terakhir dari bulan Sya’ban, dan hari yang diragukan atau menjelang 30 Sya’ban, saat orang telah membicarakan ru’yatul hilal menyambut bulan Ramadhan.

Lalu apakah ada hubungannya antara menjaga integritas dengan kondisi berpuasa?… Selama berpuasa, manusia harus menahan diri dari segala sesuatu yang menjurus kepada batalnya puasa, seperti makan, minum, berhubungan seksual, dan hal-hal lainnya, yang bisa membatalkan puasa. Hal ini harus dilakukan sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Selain hal-hal di atas, orang yang berpuasa akan merasakan faidah merasa lebih diawasi oleh Alloh Subhanau Wa Ta’ala. Sehingga akan lebih berupaya menahan diri dari hal yang dinilai akan membatalkan puasa atau menggugurkan puasa. Seperti berdusta, berghibah, dan segala bentuk keburukan / kemaksiatan lainnya.

30 Menit Bersama Ketua Nawaning JPPPM Nusantara, Ning Fetra Nurhikmah S.Psi, M.Pd Ungkapkan Perjuangan Perempuan di Nasional & Internasional

Pelajar di Jateng Selatan Wilayah Barat Daya Mulai Belajar Mulok Bahasa Ngapak & Sunda

Post Views: 228

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *