Kisah Spiritual Saat Maut Mendekat

Pesan KDM Dari Dusun Susuru

https://www.koransinarpagijuara.com/wp-content/uploads/2025/07/Picsart_24-04-09_14-22-14-024-1.jpg

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)

Seorang lelaki tua bercerita pada seorang pemuda di pinggir sawah. Terlihat ceritanya penuh semangat dan Sang Pemuda pun antusias mendengarkan. Apa sebenarnya yang dikisahkan Sang Lelaki tua itu? Berikut kisahnya.

Sang Lelaki tua mengatakan pada Sang Pemuda bahwa “Kamu jangan sia sia kan waktu hidup mu di dunia, dunia adalah tempat yang sangat sangat istimewa, pastikan kita selalu baik dan terbaik setiap hari”.

Sang Lelaki tua melanjutkan ceritanya. Ia mengatakan, “Suatu saat aku pernah didatangi Malaikat Maut, Ia mengatakan bahwa nyawanya akan Ia cabut”. Dalam kisahnya Sang Lelaki tua sangat kaget dan tak siap menjemput maut.

Sang Malaikat berkata, “Kau jangan takut, aku tahu kamu orang soleh dan banyak amal, saat kamu mati hari ini, kamu akan menjadi ahli Surga”. Sang Malaikat memastikan diri Sang Lelaki tua adalah ahli Surga. Namun tawaran Sang Malaikat tidak membuat Sang Lelaki tua tertarik. Ia masih sangat tak siap untuk mati, walau akan masuk Surga.

Dalam permohonanya pada Malaikat, Sang Lelaki tua berkata, “Hai Malaikat, aku tidak siap mati hari ini dalam kesendirian jauh dari anak dan istri, walau aku akan masuk Surga, aku tak mau mati hari ini”.

Malaikat tersenyum dan berkata, “Hampir semua manusia yang aku cabut nyawanya tak siap walau dijanjikan Surga”. Nampaknya apa yang disampaikan Malaikat maut adalah mentalitas dan spiritualitas manusia pada umumnya.

Simpulannya ternyata semua umat manusia tidak mau menukarkan hidup di dunia dengan hidup di Surga. Hidup di dunia jauh lebih istimewa dibanding hidup di Surga. Demikian dalam pemikiran umat manusia.

Manusia pada umumnya lebih baik masih tetap hidup dan melanjutkan perjuangan kehidupan dari pada harus mati hari ini, walau dijamin masuk Surga. Mungkin hanya pelaku bom bunuh diri saja yang memilih kematian demi Surga dan Bidadari.

Umumnya, kebanyakan manusia normal, lebih baik hidup bersama anak, istri/suami dan orangtua di dunia daripada meninggalkan dunia, walau langsung masuk Surga. Artinya dalam pemikiran emosionalitas manusia kehidupan di dunia adalah segalanya.

Faktanya memang, Allah, Tuhan yang maha esa memberi kehormatan pada manusia sebagai tamu agung untuk bermanfaat dan beribadah di dunia. Bermanfaat dan beribadah di dunia adalah sebuah kehormatan dan sangat istimewa bagi manusia.

Kalau di Surga tidak harus memberi manfaat dan tidak harus beribadah. Bahkan kitab suci, tempat ibadat dan peran sebagai manusia yang harus bermanfaat tiada lagi. Mendapatkakan manfaat, tidak lebih baik dari memberi manfaat.

Hidup di Surga adalah mendapatkan manfaat, reward. Sementara hidup di dunia adalah atas perintah Tuhan untuk memberi manfaat/reward kepada sesama dan semesta atas nama_Nya.

Sifat memberi manfaat dan menebar kasih sayang adalah sifat Tuhan. Sementara di Surga identik tidak memberi manfaat dan hanya mengkonsumsi fasilitas yang ada. Sifat Tuhan itu memberi manfaat, rahman rahim.

Simpulannya mengapa ada lelaki tua yang memilih menunda masuk Surga dan melanjutkan kehidupan bersama anak dan istri? Substansi dan spiritnya adalah memberi manfaat dan beribadah di dunia karena Allah, lebih istimewa daripada hidup di Surga yang menikmati manfaat bukan berkhidmat dan memberi manfaat.

Sebaik – baiknya manusia adalah yang bermanfaat dalam spirit rahman rahim_Nya bukan yang menikmati manfaat. Surga di bawah “rahman rahimnya” Sang Ibu yang welas asih mewakili_Nya saat di dunia.

Post Views: 8

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *